Adversity quotient (AQ) merupakan kemampuan seseorang untuk bertahan, beradaptasi, dan bangkit dari kesulitan yang dihadapinya. Konsep ini pertama kali diperkenalkan oleh Paul G. Stoltz, yang menyatakan bahwa AQ adalah indikator utama keberhasilan individu dalam menghadapi rintangan, baik di lingkungan kerja maupun kehidupan sehari-hari. Dalam Islam, konsep ini selaras dengan ajaran tentang sabar, tawakal, dan ikhtiar, yang menjadi panduan utama dalam menghadapi ujian kehidupan. AQ, yang terdiri dari empat dimensi utama—control, ownership, reach, dan endurance—dapat diintegrasikan dengan nilai-nilai Islam untuk memperkuat keimanan dan ketahanan individu.
Dimensi control dalam AQ, yang mengacu pada kemampuan seseorang untuk mengendalikan situasi sulit, sejalan dengan konsep qana’ah dalam Islam, yaitu merasa cukup dan menerima takdir Allah dengan penuh keikhlasan. Individu yang mampu mengendalikan emosi dan fokus mencari solusi akan lebih siap menghadapi ujian sebagai bentuk tazkiyatun nafs (penyucian jiwa). Sementara itu, ownership, yang mencerminkan tanggung jawab terhadap masalah tanpa menyalahkan pihak lain, mengingatkan pada prinsip amanah dalam Islam. Seorang Muslim yang memiliki rasa tanggung jawab tinggi tidak hanya berusaha memperbaiki diri, tetapi juga menjaga hubungan baik dengan sesama manusia dan Allah.
Dimensi reach, yang mengukur kemampuan seseorang untuk membatasi dampak masalah agar tidak meluas ke aspek lain dalam hidup, dapat dikaitkan dengan ajaran Islam tentang menjaga keseimbangan (mizan) dalam kehidupan. Dalam Al-Qur’an, Allah mengajarkan pentingnya menjaga harmoni antara urusan duniawi dan ukhrawi, sehingga seorang Muslim tidak membiarkan satu ujian menghancurkan seluruh aspek kehidupannya. Sedangkan endurance, yang menggambarkan ketahanan individu dan kemampuannya melihat tantangan sebagai sesuatu yang sementara, sesuai dengan konsep sabar (istiqamah). Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman, “Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan” (QS. Al-Insyirah: 6), yang menjadi pengingat bagi seorang Muslim bahwa setiap ujian pasti diiringi dengan jalan keluar.
Dalam dunia kerja, terutama bagi fresh graduate, AQ dapat menjadi bekal penting yang didukung oleh nilai-nilai Islam. Sebagai contoh, menghadapi persaingan kerja atau kegagalan dapat menjadi ladang pahala jika dihadapi dengan sabar, optimisme, dan tawakal. Individu dengan AQ tinggi dan berpegang teguh pada ajaran Islam akan lebih resilient, melihat setiap kegagalan sebagai takdir Allah yang mengandung hikmah, serta menjadikannya sebagai peluang untuk belajar dan berkembang.
Di masa pandemi, AQ yang didukung oleh keimanan menjadi semakin relevan. Kemampuan untuk bertahan dan berkembang di tengah ketidakpastian sejalan dengan ajaran Islam tentang husnuzan (berbaik sangka kepada Allah) dan ikhtiar. Dengan memadukan AQ dan nilai-nilai Islam, seorang Muslim dapat mencapai potensi terbaiknya, tidak hanya di dunia tetapi juga untuk kehidupan akhirat, menjadikan setiap ujian sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah dan meningkatkan kualitas diri.
Hubungi FunIqra